Jumat, 27 Januari 2012

BERITA

1. Keterampilan Menulis Berita
a. Hakikat Berita
Berita atau news merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views (opini). Mencari bahan berita lalu menyusunnya merupakan tugas pokok wartawan dan bagian redaksi sebuah penerbitan pers (media massa). Berita adalah laporan utama yang penting dan menarik perhatian umum (Yosep, 2009:22). Berita adalah apa yang lain adanya atau “what is defferent”. Berita adalah informasi aktual tentang fakta-fakta dan opini yang menarik perhatian orang (Kasumaningrat, 2009:40).
Berita terdiri-dari beberapa bagian. Bagian terkecil dari berita adalah data. Data berasal dari data umum, sedangkan data umum diambil dari semua kejadian atau peristiwa. Untuk bisa jadi berita, data harus dibuat atau diolah lebih dahulu. Berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termasa dan dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan yang kemudian dapat menarik perhatian pembaca. Berita juga merupakan informasi tentang sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya atau laporan mengenai fakta sebagaimana adanya. Seorang wartawan harus menulis apa yang benar saja jangan sekali-kali ia mengubah fakta untuk memuaskan hati seseorang atau suatu golongan. Jika sumber anda dapat dipercaya, itulah yang paling penting. Berita adalah suatu informasi yang disampaikan secara lisan maupun tulisan yang berupa kejadian-kejadian aneh dan istimewa, berita yang terbaru dan hamgat yang bersifat fakta dan mempunyai arti penting disiarkan untuk kalangan masyarakat sehingga menjadi menarik bagi pembaca ataupun yang melihatnya. Sumadiria (2005:65) menjelaskan bahwa berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media online internet. Berita adalah laporan atau pemberitahuan tentang segala peristiwa aktual yang menarik perhatian orang banyak. Peristiwa yang melibatkan fakta dan data yang ada di alam semesta ini yang terjadinya pun aktual dalam arti “baru saja” atau hangat yang dibicarakan orang banyak (Suhandang, 2004:103-104).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berita adalah suatu peristiwa yang nyata kejadiannya, yang hangat dibicarakan sehingga dapat menarik perhatian masyarakat untuk mengetahui berita yang hangat dibicarakan baik dari berbagai media cetak maupun media elektronik. Seperti zaman sekarang lebih tinggi menggunakan media internet akan lebih cepat mendapatkan berita.
Faktor daya tarik dan pentingnya fakta sebagai bahan penulisan berita dapat dilihat dari bobot peristiwa yang didasarkan terhadap eksklusivitas, keistimewaan, atau scope-nya (Muda, 2003:23). Selanjutnya Muda (2003:23) menjelaskan lagi hal-hal yang lazim dilakukan orang secara ibdividu seperti bekerja, belajar atau berdoa bukanlah sesuatu yang istimewa. Tetapi peristiwa-peristiwa seperti pembunuhan, huru-hara, gempa bumi, demonstrasi atau pertemuan-pertemuan tingkat nasional, regional maupun internasional tentu merupakan peristiwa menarik yang sudah barang tentu perlu diketahui orang banyak. Masalah ekonomi, juga merupakan daya tarik, misalnya peristiwa yang menyangkut inflasi, korupsi, penipuan cek, produksi pangan dll. Atau berita tentang orang-orang sukses, orang gagal atau berita tentang orang-orang advonturir yang melakukan kegiatan aneh-aneh.
b. Unsur-Unsur Berita
Penulisan berita harus sesuai dengan konteks permasalahan. Pemilihan atau penempatan orang-orang yang akan diwawancarai sebagai sumber berita harus sesuai dengan alur berita yang akan disajikan (Muda, 2003:48). Dalam menulis berita, seorang wartawan mengacu kepada nilai-nilai berita untuk dipadukan dengan unsur-unsur berita sebagai ‘rumus umum’ penulisan berita, agar tercipta sebuah berita yang lengkap (Romli, 2005:10). Unsur-unsur berita itu dikenal dengan 5W+1H kependekan daripada apa (peristiwa apa yang terjadi), di mana (di mana hal itu terjadi), kapan (kapan peristiwa itu terjadi), mengapa (mengapa hal itu terjadi), siapa (siapa tokoh yang terlibat dalam kejadian itu, dan bagaimana (bagaimana peristiwa itu terjadi). Rumusan Indonesia 5W+1H adalah 3A-3M, kependekan dari Apa, si-Apa, Meng-Apa, bila-Mana, di Mana dan bagai-Mana (Romli, 2005:11).
Menurut Romli dan Sareb (2006:38) sebuah berita hendaknya memenuhi keenam unsur tersebut. Adapun unsur berita itu dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Apa (What)
Apa(What) adalah memuat apa yang akan terjadi dalam sebuah berita (Romli, 2005:33). Biasanya dalam unsur apa (What) pendeskripsiannya tentang tema berita. Tema berita merupakan pokok utama berita yang akan ditulis. Contoh Apa (What) dalam sebuah berita : “Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan, pendidikan dan program pemberantasan buta huruf menyebutkan bahwa 4.8% dari anak usia sekolah tidak dapat membaca. Secara rasional, sekitar satu juta anak usia 12-17 tahuan juga tidak dapat membaca”. Berita tersebut akan dapat menjawab pertanyaan apa yang terjadi? Sedangkan menurut pendapat (Sareb, 2006: 38) apa(What) adalah apa yang terjadi di dalam suatu peristiwa itu.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa apa (What) merupakan apa yang sebenarnya terjadi dalam suatu berita itu.
b. Siapa (Who)
Unsur berita yang kedua adalah dengan mengajukan pertanyaan siapa (who) yang terlibat dalam kejadian berita itu (Romli, 2005:33) berita tersebut menggunakan unsur siapa (who) yang harus diperhatikan apakah tokoh yang diberitakan benar-benar penting sehingga namanya haruslah menjadi subjek dari kalimat awal berita. Contoh penulisan berita untuk menjawab pertanyaan siapa (who) adalah “Menlu Perancis Roland Dumas mengatakan perancis dapat bertindak sendiri, jika diperlukan untuk membebaskan secara paksa kamp-kamp penjara di Bosnia di mana warga sipil telah disiksa dan diperkosa”.
Penulisan berita di atas menggunakan unsur siapa (who) yang harus diperhatikan apakah tokoh yang diberitakan benar-benar penting sehingga namanya haruslah menjadi subjek dari kalimat awal berita. Maka harus diperhatikan subjek dari kalimat karena merupakan sesuatu yang paling penting. Sedangkan menurut pendapat (Sareb, 2006:38) siapa (who) adalah siapa yang terlibat di dalamnya.
Dapat disimpulkan kedua pendapat di atas bahwa siapa (who) merupakan tokoh atau orang yang berperan di dalam peristiwa itu. Semua tokoh dalam berita merupakan tokoh di dalamnya, tetapi orang yang paling menonjol menjadi tokoh yang paling terpenting.
c. Di mana (Where)
Untuk menjawab pertanyaan berita terjadi suatu peristiwa digunakan unsur di mana (where) ini menggambarkan tempat peristiwa pembicaraan terjadi (Romli, 2005:33). Betapa pentingnya tempat terjadi ini. Contoh: “Kota Bandung dilanda banjir kemarin. Sebanyak lima ribu warga kehilangan tempat tinggal, namun tidak terdapat korban jiwa”. Pertanyaan di atas menunjukkan di mana tempat kejadian berlangsung. Sedangkan menurut pendapat (Sareb, 2006:38) di mana (wherw) merupakan “Di mana peristiwa itu terjadi?”. Dari pendapat pakar di atas dapat disimpulkan bahwa Di mana (where) merupakan tempat kejadian yang dialami suatu peristiwa. Tempat itu biasanya terjadi di mana saja, baik itu di dalam maupun di luar ruangan.
d. Kapan (When)
Unsur berita yang keempat adalah kapan (when, unsur tersebut tidak kalah pentingnya dari unsur yang lain dapat menyatakan kapan peristiwa diberitakan terjadi, untuk itu ketetapan waktu dalam mengimpormasikan suatu peristiwa sangat penting (Romli, 2005:33). Contoh: “Minggu dini hari sebuah bus yang mereka tumpangi menabrak pohon setelah ke luar jalur jalan karena menghindarkan sebuah sedan yang datang dari arah yang berlawanan”. Pada berita tersebut dapat memberikan informasi dengan jelas kapan terjadinya peristiwa. Sedangkan menurut pendapat (Sareb, 2006: 38) kapan (when) merupakan kapan terjadinya peristiwa tersebut.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan kapan (when) merupakan kejadian yang dialami oleh seseorang dalam suatu peristiwa itu kapan terjadinya, tempat dan waktu sangat berpengaruh dalam kejadian tersebut karena akan mengetahui dengan pasti kapan terjadinya suatu peristiwa.
e. Mengapa (why)
Unsur berita kelima adalah mengapa (why). Unsur ini menjawab mengapa hal itu terjadi (Romli, 2005:33). Dengan demikian, bisa mengetahui sebab-sebab terjadinya sesuatu dengan jelas. Contoh : “Meningkatnya pemogokan buruh akhir-akhir ini telah menyebabkan Departemen Tenaga Kerja memanggil sejumlah pengusaha untuk berdialok di Depnaker pagi ini”.
Berita di atas dengan jelas menerangkan mengapa sejumlah pengusaha dipanggil DEPNAKER. Sedangkan menurut pendapat (Sareb, 2006: 38) mengapa (why) merupakan mengapa peristiwa itu terjadi. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan mengapa (why) peristiwa itu terjadi, harus diketahui sebab-sebab mengapa peristiwa itu terjadi dengan fakta yang ada. Setelah mengetahui sebab berita itu maka akan timbulnya suatu berita.
f. Bagaiman (How)
Unsur berita keenam adalah bagaimana (how) unsur ini untuk menjawab pertanyaan bagaimana peristiwa itu terjadi (Romli, 2005:33). Hal ini menggambarkan tentang proses yang berlangsung terjadinya sesuatu. Contoh : “ Mobil itu kehilangan keseimbangan. Slip dan menabrak pagar yang ada dipinggir jalan, lalu terguling kedua kali sampai akhirnya tertabrak karena tangki bahan bakar meledak. Sepasang suami istri, dua orang anak dan seorang pembantu tewas seketika”.
Berita di atas menjelaskan terjadinya sesuatu kecelakaan, sudah tentu seakan-akan dilihat dengan jelas peristiwa terjadinya kecelakaan tanpa melihat yang sebenarnya. Sedangkan menurut pendapat (Sareb, 2006: 38) bagaimana (how) merupakan bagaimana terjadinya peristiwa itu. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bagaimana (how) merupakan kejadian itu berlangsung sehingga peristiwa itu bisa terjadi. Dapat diketahui bagaimana peristiwa itu berlangsung tanpa merekayasa peristiwa itu.

c. Menulis Naskah Berita
Menurut Muda (2003:47—57) menjelaskan bahwa menulis naskah berita ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai berikut.
1) Accuracy adalah penulisan berita harus tepat. Maksudnya bahwa penulisan berita harus sesuai dengan konteks permasalahan, pemilihan atau penempatan orang-orang yang akan diwawancarai sebagai sumber berita harus sesuai dengan alur berita yang akan disajikan.
2) Brevity adalah penulisan berita secara singkat. Tujuannya agar penulisan berita cukup singkat saja tidak perlu panjang-panjang.
3) Clarity adalah penulisan berita harus jelas. Artinya, informasi tersebut jangan membingungkan pendengar dan pembaca. Kejelasan harus ditulis dalam penyebutan nama, istilah asing maupun lafalnya. Bangunan kalimat juga harus jelas antara satu paragraf dengan paragraf lainnya atau antara kalimat satu dengan kalimat lainnya harus memiliki keterkaitan yang mendukung.
4) Simplicity atau kesederhanaan merupakan saran lainnya untuk diikuti dalam teknik penulisan media elektronik dan media massa.
Struktur penulisan, umumnya dapat digolongkan tiga hal, yaitu penggunaan struktur berbentuk piramida, kronologi, dan bentuk piramida terbalik. Pada penulisan berbentuk piramida, penulisan dilakukan dengan mengetengahkan informasi yang kurang penting tetapi berkaitan menuju ke arah yang paling penting. Jadi klimaksnya berada pada bagian akhir (Muda, 2003:58). Penulisan dalam struktur semacam ini juga dilakukan pada beberapa ruang khusus di media massa. Misalnya dalam penulisan cerpen, human interest atau bentuk tulisan ringan lainnya. Selanjutnya Muda (2003: 59) menjelaskan bahwa penulisan secara kronologis, masing-masing bagian mempunyai nilai kepentingan yang sama. Tidak bisa diselang-seling, tetapi harus runtut. Bila penulisannya dilakukan secara selang seling akan dapat mengubah arti atau bahkan mungkin sama sekali tidak akan dapat dimengerti. Tulisan kronologis biasanya dipakai untuk bahasan sains, teknologi, kedokteran dan lain-lain.
Pada umumnya kedua konsep di atas, tidak lagi dipakai untuk struktur penulisan berita. Pembaca dan pendengar ingin segera langsung pada pokok permasalahan yang paling inti, bukan informasi pelengkapnya. Karena itu untuk penulisan berita, maka lebih banyak digunakan piramida terbalik (Muda, 2003:59). Hal ini dimaksudkan, agar isi berita yang paling penting dapat ditempatkan pada baris kalimat pembuka. Penulisan harus langsung pada inti beritanya. Ilustrasi di sana-sini hanyalah merupakan pelengkap yang ditempatkan pada begian akhir.
Bentuk piramida terbalik tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, What is the news atau topik berita, maksudnya adalah inti dari berita. Karena struktur ini adalah piramida terbalik, maka inti berita ditulis dibagian atas, atau pada awal kalimat. Pada surat kabar, topik berita tersebut ditulis setelah judul berita. Kedua, set the scence adalah memaparkan masalah tentang apa yang diungkapkan lebih dahulu pada teras berita. Jadi dalam pemaparan masalah harus berhubungan erat dengan topik awal. Jika tidak, maka penyajiannya akan menjadi tidak menentu atau loncat-loncat sehingga sulit dipahami oleh pendengar dan pembaca. Buatlah kalimat yang saling berkaitan dan mendukung antara satu dengan konteks permasalahannya. Ketiga, Deteils (rincian) adalah penyusunan kalimat-kalimat setelah pemaparan masalah. Pada bagian ini, para reporter perlu menuliskan rincian peristiwa dengan lebih detail lagi. Keempat, Context of the Background atau latar belakang permasalahan, merupakan tahap berikutnya setelah detail. Bila masih memungkinkan atau masih ada ruang/tempat dalam penyajian berita tersebut, maka tulis juga bagian yang lebih rinci lagi (minor detail). Pada bagian ini, informasi-informasi lain yang masih berkaitan dan cukup menarik (dibuang sayang) masih dapat disertakan. Artinya, jika redaktur menginginkan berita yang lebih panjang, maka semua bagian, termasuk minor detail dapat disajikan.
d. Ciri-Ciri Berita
Adapun ciri-ciri berita menurut Semi (1994:24) ciri penanda kejadian atau peristiwa yang dapat digolongkan ke dalam berita adalah sebagai berikut.
1) Kejadian atau peristiwa itu merupakan suatu fakta, artinya sesuatu yang hanya terjadi dalam khayalan atau hanya berupa berita burung saja yang tidak ada tidak ada kenyataannya tidak dianggap berita. Penulis berita tidak boleh mereka-reka sebuah kajadian atau dan jauh tanpa mengetahui kejadian yang sebenarnya. Kalau ada kecelakaan lalu lintas yang merenggut beberapa jiwa manusia penulis berita tidak boleh mereka-reka sendiri jumlah korban tanpa mengecek sendiri kebenaran beritanya.
2) Kejadian atau peristiwa itu baru terjadi, artinya yang berlangsung dua bulan yang lalu tidak mempunyai nilai berita lagi karena sudah basi, sudah banyak orang yang mengetahui kejadian itu. Apabila waktu kejadian yang terjadi sudah agak lama namun dinilai masih penting disiarkan karena berita itu belum banyak diketahui orang. Tentu saja dapat dikategorikan sebagai bahan berita.
3) Kejadian atau peristiwa itu luar biasa, artinya kejadian itu merupakan kejadian yang terjadinya mengherankan, tidak diharapkan atau ganjil sifatnya.
4) Peristiwa atau kejadian itu penting dan ternama, dikenal luas orang yang menjadi pujaan masyarakat.
5) Kejadian atau peristiwa berupa skandal/persengketaan, artinya sesuatu peristiwa yang berupa persengketaan antara dua kabupaten, dua propinsi bertetangga merupakan kejadian yang menarik sebagai bahan berita.
6) Peristiwa atau kejadian itu berada di dalam lingkungan sendiri, artinya kalau ada berbagai peristiwa yang menyangkut kelahiran pelajar antar sekolah dibeberapa kota, maka hal itu menarik dijadikan berita.
7) Peristiwa atau kejadian itu sesuai dengan minat konsumen berita, artinya suatu kejadian menarik perhatian apabila menyangkut konsumen berita.
e. Jenis-Jenis Berita
Adapun jenis-jenis berita yang dikenal di dunia jurnalistik menurut pendapat Romli (2005: 11) sebagai berikut.
1) Straight New adalah berita langsung, apa adanya, ditulis secara singkat dan lugas.
2) Depth New adalah berita mendalam, dikembangkan dengan pendalaman hal – hal yang ada di bawah suatu permukaan.
3) Investigation New adalah berita yang dikembangkan berdasarkan dari penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber.
4) Interpretative New adalah berita yang dikembangkan berdasarkan dengan pendapt atau penilaian wartawan berdasarkan fakta yang ditemukan.
5) Ponion New adalah berita mengenai pendapat seseorang, ahli, atau pejabat, mengenai suatu hal peristiwa.
Sedangkan menurut pendapat Sumadiria (2005: 69) jenis-jenis berita adalah sebagai berkut.
1) Straight new adalah laporan langsung mengenai suatu peristiwa.
2) (b) Depth news report adalah merupakan laporan yang sedikit berbeda dengan straight news report.
3) Comprehensive news merupakan laporan tentang fakta yang bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek.
4) Interpretatif Report adalah memfokuskan sebuah isu, masalah, atau peristiwa-peristiwa kontropersial.
5) Feature story adalah menyajikan informasi yang penting untuk para pembaca.
6) Deptht reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam, lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa fenomena atau aktual.
7) Investigasi reporting adalah hal-hal yang berisikan tidak jauh beda dengan laporan interpretatif.
8) Editorial writing adalah sebuah pikiran yang diuji depan sedang pendapat umum.
Dari kedua pendapat pakar tersebut dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis berita dalam dunia jurnalistik sangat banyak, maka dapat dikemukakan bahwa jenis-jenis berita merupakan laporan yang tercepat dan langsung sehingga dapat dikembangkan didepan umum.



f. Kalimat Efektif dalam Berita
Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemanpuan untuk menghadirkan kembali gagasan atau pemikiran yang ada pada pembaca persis seperti apa yang ada pada diri penulisnya. Pemahaman kalimat efektif ini sangat penting bagi para jurnalis dan penyunting bahasa. Adapun ciri-ciri khas kalimat efektif dalam bahasa berita adalah sebagai berikut. (1) kesepadanan struktur, (2) keparalelan bentuk, (3) ketegasan makna, (4) kehematan kata, (5) kecermatan penalaran, (6) kepaduan gagasan, (7) kelogisan bahasa.
Kesepadanan struktur adalah keseimbangan antara gagasan, ide, atau pikiran, dan struktur bahasa yang digunakan di dalam kalimat berita. Ciri kesepadanan tersebut memiliki sejumlah ciri tambahan, diantaranya adalah kejelasan subjek, tidak adanya subjek ganda, tanda penghubung antar kalimat tidak digunakan dalam kalimat tunggal dan predikat tidak didahului kata yang. Sedangkan kepararelan adalah kesamaan bentuk kata atau frase yang digunakan di dalam kalimat.
Ciri kalimat efektif berikutnya, yang juga muthlak harus dikuasai para jurnalis media dan para penyunting bahasa adalah masalah ketegasan makna. Ketegasan makna dapat dilakukan dengan meletakkan bagian yang hendak ditonjolkan itu kebagian depan kalimat, membuat urutan kata-kata yang bertahap, membuat pengulangan secara proposional, membuat pertentangan atas ide yang ditonjolkan, dan menggunakan beberapa partikel penegas atau penekanan.
Kalimat efektif dalam bahasa jurnalistik juga harus memiliki ciri kehematan. Kalimat yang hemat dengan kata-kata, yang tidak berputar-putar dan yang tidak bertele-tele, cenderung akan semakin tajam digunakan untuk menyempaikan sebuah ide atau gagasan. Dalam rangka kehematan kata-kata ini beberapa cara dapat dilakukan, misalnya (1) menghilangkan pengulangan subjek, (2) menghilangkan superordinat, (3) menghindarkan kesinoniman, (4) tidak menggunakan bentuk jurnal yang persis sama.
Kecermatan penalaran adalah kehati-hatian dalam menyusun kalimat sehingga hasilnya tidak menimbulkan tafsiran ganda. Kecermatan itu tentunya tidak terlepas dengan kepaduan gagasan pesan yang disampaikan, sehingga dapat diterima secara utuh dan logis oleh pembaca (Rahardi, 2009:52—54).
g. Judul Berita
Kekhasan prinsif di dalam merumuskan judul berita itulah yang pada gilirannya akan membuat media yang bersangkutan dapat diterima oleh pasar dengan baik atau tidak. Beberapa prinsip umum di dalam penulisan sebuah judul berita lazimnya dapat dinyatakan sebagai berikut.
1) Rumusan judul berita yang baik dan benar lazimnya diambilkan dari lead atau teras berita dan rumusan judul itu harus dapat mencerminkan isi beritanya. Rumusannya relatif kreatif, inovatif, dan kadang-kadang bombastis.
2) Rumusan judul artikel opini/feature/dialog tidak sama dengan rumusan judul berita. Judul artikel diambil dari intisari tulisan, karena artikel tidak memiliki teras berita atau lead.
3) Rumusan judul yang baik harus memperhatikan diksi atau pilihan kata yang tepat. Bahasanya harus memikat dan menarik, tetapi tidak boleh menimbulkan salah tafsir atau penafsiran yang ganda (ambigu).
4) Sesuai dengan kaidah penulisan judul di dalam peraturan umum ejaan yang disempurnakan, huruf pertama kata-kata dalam judul itu harus dikapitalisasikan, kecuali untuk kata-kata tugas seperti konjungsi, proposisi.
5) Jika judul terasa terlalu panjang, judul tulisan itu harus dipisah menjadi dua bagian. Jadi ada judul utama dan ada pula judul tambahan. Judul tambahan dapat lebih panjang daripada judul utama.
6) Rumusan judul dalam berita biasanya diupayakan meggunakan kata-kata yang sifatnya aktif. Bentuk-bentuk yang sifatnya pasif dapat juga digunakan apabila pemakain itu lebih kuat dan lebih bermakna.
7) Rumusan judul dalam berita hendaknya menggunakan kata kerja dan susunan judul itu tidak menggunakan konstruksi inversi. Sehinggga judul itu mudah ditangkap oleh para pembacanya.
8) Jika rumusan judul dimulai dengan angka, kata pertama yang mengikutinya harus ditulis dengan menggunakan huruf awal kapital. Jadi kapitalisasi baru dilakukan pada kata pertama setelah angka tersebut (Rahardi, 2010:135-236).

h. Teknik Penulisan Berita
Proses menulis berita bukanlah suatu hal yang mudah. Menurut Putra (2006:46-49) ada delapan teknik yang harus diikuti untuk dapat menulis berita yang baik.
1) Berpikirlah terlebih dahulu, baru Anda menulis.
Sebelum menulis kita harus mempunyai ide terlebih dahulu, sehingga disaat-saat menulis kita tidak akan menemui kebuntuan. Ide yang sudah ada dalam pikiran akan membantu kelancaran dalam penulisan.
2) Tanamkan dalam pikiran Anda bahwa menulis untuk pembaca.
Kita harus selalu berpikir bahwa tulisan yang kita buat bukanlah untuk diri sendiri melainkan untuk pembaca. Untuk itu hindarilah kata-kata yang jauh dari dalam kemanpuan dan dunia pembaca.
3) Menulislah dengan tujuan untuk mengungkapkan.
Kita harus biasa menyampaikan sesuatu yang rumit menjadi sederhana dan mudah dimengerti. Dengan mudahnya sebuah informasi dipahami maka akan membuat pembaca lebih tertarik untuk terus membacanya sampai selesai. Dan sebaliknya informasi yang mudah jika disampaikan dengan rumit maka akan menimbulkan kebosanan pada pembaca.
4) Gambaran kata/terminologi yang akrab bagi pembaca.
Kita menulis untuk orang lain untuk itu kita harus mempertimbangkan setiap kata yang kita gunakan untuk berkumunikasi. Kata-kata yang kita gunakan harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat pembaca. Kecerobohan dalam menggunakan kata-kata akan menjadikan berita yag kita tulis menjadi asing bagi pembaca dan menimbulkan kesan membosankan.
5) Hindari kata-kata yang tidak menambah arti kalimat.
Kata-kata yang tidak menambah arti kalimat sebaiknya kita hindari karena merupakan pemborosan. Pemborosan kata akan menyebabkan kalimat berbelit-belit dan biasa menimbulkan arti ganda sehingga pembaca akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membaca berita tersebut.
6) Gunakan kalimat yang sesingkat mungkin
Kita harus menggunakan kata yang sederhana dalam kalimat, sehingga pembaca tidak perlu mengulang dua kali dalam memahami isi bacaan. Pengulangan dalam membaca akan menimbulkan kesan bahwa berita yang ditulis tidak menarik dan hanya menghabiskan waktu saja.
7) Buatlah paragraf singkat.
Berikan perhatian khusus pada paragraf pembuka dan paragraf penutup, paragraf pembuka untuk menarik perhatian dan paragraf penutup untuk meninggalkan kesan. Perhatian pembaca terhadap suatu berita akan memotivasi dirinya untuk mengetahui akhir dari berita tersebut.
8) Gunakan kata konkrit dan terukur.
Kata-kata yang abstrak cenderung memancing orang berpikir keras, sedangkan kata yang kongkrit memudahkan orang mengidentifikasi. Oleh karena itu kita harus benar-benar memilih kata-kata konkrit untuk menyampaikan informasi yang telah kita peroleh.
i. Pengukuran Keterampilan Menulis Berita
Langkah yang harus diperhatikan dalam melakukan pengukuran terhadap tingkat keterampilan siswa dalam menulis berita adalah memahami kriteria penilaian berita tersebut, yaitu (1) kelengkapan isi berita (mengandung 5W+1H); (2) keruntutan pemaparan (isi urut dan jelas sehingga mudah dipahami); (3) penggunaan kalimat (singkat dan jelas); (4) kosakata yang digunakan bahasa yang tepat; (5) ketepatan penggunaan ejaan dalam berita; dan (6) kemenarikan judul Depdiknas dalam Farhan 2005:52).
DAFTAR RUJUKAN

Depdiknas.2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta.

Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi: Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Depdiknas

Iskandar Muda, Deddy. 2003. Jurnalistik Televisi : Menjadi Reporter professional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Kasumaningrat. 2009. Jurnalistik: Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakrya.
Mukhtar. 2007. Pengajaran Remedial: Teori dan Penerapannya dalam Pembelajaran. Jakarta: PT. Nimas Multima.

Romli, A. Syamsul. 2005. Jurnalistik Praktis untukPemula.Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Syah, Muhaibin. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pekanbaru. Bandung:Rosdakarya.
Suhandang, Kustadi. 2004. Pengantar Jurnalistik Seputar Organisasi, produk, dan Kode Etik. Bandung: Cendikia

Sumadiria, AS Haris. 2005. Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feacture Panduan Praktis Jurnalis Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Yosef, Juni.2009. To Be A Journalis: Menjadi Jurnalis TU Radio, dan Surat Kabar yang Profesional. Yogyakarta: Graha Ilmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar